Kamu dan Misteri (Part 5)

Hai semuaaa. Maafkan karena update Part 5 nya telat sampe berbulan-bulan. Semua ada alasannya kok. Itu karena aku sangat sibuk dengan sekolah dan sedang menghadapi banyak ujian. Maklum ya kelas 12 hehehe. So daripada kelamaan, silahkan di baca part 5 nya ya. Hope you enjoy it guys:)




    Dingin..
    Iya. Dia di sana.
    Di pojok ruangan.
    Entah mengapa kali ini aku ketakutan. Ia menatapku dengan tatapan aneh. Tapi tunggu. Aku belum pernah melihatnya. Apa dia baru? Tapi apa yang membawanya ke sini?
    Diwajahnya ada luka menganga di sekitar telinga kanan. Luka itu terus membelah hingga mulut dan memperlihatkan sebagian gigi grahamnya. Dia laki-laki. Umurnya sekitar 20 tahun. Dan dia mengenakan setelan jas hitam lengkap.
    Ia mulai melangkahkan kaki berjalan ke arahku. Aku tak bisa berkutik. Seakan ada seseorang yang menahan kakiku untuk berlari, dan membungkan mulutku untuk berteriak. Mom, sekarang kau dimana? Aku butuh bantuan!
    Ia sekarang berada di depanku. Kemeja putihnya sudah terhias dengan darah yang mengalir dari telinga. Bau anyir darah melekat pada hidungku.
    Ia membungkukkan badan dan menatapku lekat. Ia menyeringai. Aku sebisa mungkin tak menatapnya. Kualihkan pandanganku pada jendela dengan tirai yang beterbangan tertiup angin.
    "Kau bisa melihatku." Katanya. Aku terdiam.
    "Bukankah aku benar? Hahaha!" Ia tertawa. Tawanya sangat keras hingga memenuhi seisi ruangan. Keringatku mulai mengalir melewati dahi dan kini turun ke pelipis.
    "Oh lihat ini, dia ketakutan." Ia menyeringai. Memperlihatkan lukanya yang semakin terbuka lebar setiap kali ia tertawa dan berbicara. "Anak indigo yang lainnya." Katanya.
    "Apa kau tahu? Apa bedanya kalian dengan kami?" Tanyanya. "Ah aku tau. Bedanya adalah.. kau hidup.. dan kami mati..."
***
    Aku terbangung dengan keringat membasahi tubuhku. Bahkan sampai menyerap pada seprai tempat tidur. Apa itu tadi? Apakah hanya mimpi? Tapi terasa sangat nyata. Apa yang terjadi?
   "Apa kau baik-baik saja?" Tiba-tiba saja ia muncul di hadapanku.
   "Kau mengagetkanku." Aku membalikkan badan.
   "Rin, kau berkeringat. Kau sakit?"
   "Pergilah!"
   "Rin.."
   "Kubilang pergi!" Kemudian dia menghilang.
    Aku berusaha untuk kembali tidur, tapi tak bisa. Bahkan untuk memejamkan matapun rasanya tak sanggup. Aku tak tahu ia siapa, tapi wajahnya masih terus membayangiku. Aku ingat betul bentuk wajahnya, bahkan letak luka yang memenuhu wajahnya itu. Aku ingat setiap detailnya. Siapa dia?
***
   "Rin ayo turun! Kau harus sarapan!!" Mom berteriak. Seperti biasanya, ia selalu berteriak.
   "Ya, Mom. Aku datang." Ku bereskan buku-buku yang berserakan di atas meja belajar, dan memasukkannya ke dalam tas.
   BANG!!!
   Tiba-tiba saja pintu kamarku terbanting dengan sendirinya. Aku terkejut bukan main. Namun yang lebih mengejutkanku adalah, lelaki yang berada di dalam mimpiku semalamlah yang membantingnya.
   Ia menyeringai. Memperlihatkan lukanya yang menganga. Jantungku memacu sangat cepat. Aku mulai berkeringat.
   "Hei. Kita bertemu lagi..." Katanya sambil melangkah perlahan. "Sttt. Jangan takut. Aku tak akan menyakitimu. Setidaknya untuk saat ini." Sambungnya.
   "Mom, tolong aku." Aku berbisik dengan mata terpejam. Meskipun aku tahu bahwa mom tidak akan mendengarku.
   "Mom tidak akan mendengarmu, Rin. Hahaha!"
   "Rin, apa yang kau lakukan? Ayo sarapan."
   "Mom? Oh my God, Mom!!!!" Aku berlari dan memeluk mom sambil menangis. Kali ini aku benar-benar takut.
   "Hey, ada apa?" Tanya mom heran.
   "Ada pria berjas hitam menghampiriku. Aku takut sekali, Mom. Aku rasa ia ingin menyakitiku." Aku semakin terisak.
   "Ah, sayang, tenanglah. Mom ada di sini. Ingatlah kata-kata mom. Bahwa kau lebih kuat darinya. Jadi jangan takut." Mom tersenyum. Aku menyeka air mata dan berusaha menghilangkan rasa takutku.
   "Baiklah, ayo kita sarapan. Kau akan terlambat ke sekolah."
***
   Kami duduk bertiga dibangku taman sekolah. Entah mengapa aku merasa canggung dengan suasana seperti ini. Aku hanya diam dan mendengarkan apa yang Vello dan Flair bicarakan.
   "Rin, kenapa kau diam?" Tanya Vello.
   "Entahlah. Aku hanya merasa tak enak badan."
   "Apa kau sakit?" Tanya Flair.
   "Tidak."
   "Apa ada hubungannya dengan kejadian semalam?"


Bersambung...
Ig : @mutiananda // @always.rosemary

Komentar

Postingan Populer