Kamu dan Misteri (Part 1)



Namaku Rinfesya Clier. Terlalu panjang, bukan? Baiklah mari kita singkat. Hai, namaku Rin. Aku berusia 16 tahun. Dan kalian tau? Aku bisa melihat apa yang tidak bisa kalian lihat. Ya kalian pasti tahu apa maksudku. Aku sudah bisa melihat mereka semenjak umurku menginjak 10 tahun. Selain itu, aku bisa mendengar suara tangisan dan jeritan mereka, dan terkadang aku bisa mencium bau amis darah.
Aku tak bisa tidur cepat setiap malam karena selalu ada anak kecil yang mengajakku bermain di dalam kamar. Aku tak bisa menolaknya. Saat aku menolaknya, keesokan paginya ketika bangun, aku mendapati sebuah cakaran pada pergelangan tanganku. Aku sempat dibawa oleh Mom ke sebuah klinik psikiater. Mom pernah menganggap aku gila dan mencoba untuk menyakiti diriku sendiri, tapi pada suatu hari, Mom benar-benar sadar bahwa aku memang telah berubah.
Aku ingat pada awal aku bisa melihat mereka. Saat itu aku deman sangat tinggi hingga sempat tak sadarkan diri selama beberapa hari. Mom yang selalu merawatku saat aku dirawat di hospital. Cukup lama. Hingga pada suatu hari, dokter menyatakan bahwa aku sudah tiada.
                Saat itu aku tak mengetahui apa-apa. Tidak. Aku tahu sesuatu. Aku bisa mendengar dokter memberitahu Mom kalau aku sudah meninggal. Aku bisa mendengar saat Mom menangis histeris, bahkan aku bisa merasakan saat Mom mengguncang-guncangkan tubuhku, memelukku, menggenggam tanganku, hingga memukulku.
                Aku tidak bisa melihat apapun. Semuanya hitam. Tapi kemudian, ada sekelabat cahaya putih melintas tepat di depanku. Dari sebuah titik, hingga membesar menjadi menerangi sekitarku. Dan saat aku memasuki titik cahaya itu, aku kembali.
***
                Pagi ini aku berencana berangkat ke sekolah bersama Mom. Tapi kurasa Mom harus cepat-cepat ke kantor dan bertemu dengan clientnya. Semenjak Mom berpisah dengan Dad, Mom mengerjakan semuanya sendirian. Untung saja ada Bi Nuna. Dia dengan senang hati membantu pekerjaan rumah Mom.
                Hari ini, aku pergi ke sekolah tidak sendirian. Ada yang mengikutiku. Seorang gadis cantik berambut panjang. Ia memakai gaun berwarna pink muda. Di bagian wajahnya ada sedikit luka akibat goresan benda tumpul. Aku menengok ke belakang hati-hati. Ia berhenti berjalan kemudian mengangkat kepalanya. Memperlihatkan luka menganga pada dahi nya. Seketika itu juga aku mual dan melanjutkan perjalan menuju sekolah.
                Tak lama, aku merasa semakin risih. Aku tak takut. Mungkin karena aku sudah melihat yang seperti itu selama hampir tujuh tahun. Tapi bagaimana perasaanmu jika mengetahui ada makhluk seperti itu terus mengikutimu selama hampir setiap hari?
                Aku berhenti berjalan dan membalikkan badan.
                “Apa yang kau lakukan?” Aku bertanya padanya.
                “Kau bisa melihatku?” Tanyanya.
                “Tentu saja. Aku rasa kau sudah tau itu. Kau sudah mengikutiku selama hampir seminggu.”
                “Benarkah? Ah, maaf.” Dia menunduk.
                “Aku tidak bisa memaafkanmu. Kau harus pergi sekarang.”
                “Tidak bisa.”
                “Kenapa?”
                “Aku butuh bantuanmu, Rin.”
                “Kau tahu namaku?”


bersambung...

Komentar

Postingan Populer