Kamu dan Misteri (Part 4)

    "Jadi karena ini kau mengikutiku? Karena Vello juga menolak untuk membantumu?!" Bentakku pada perempuan itu. Ia menunduk,  sama sekali tak berani menjawabku. Bahkan hanya untuk mengangkat wajah ia pun takut. Sekarang siapa yang sebenarnya menyeramkan? Siapa yang hantu?
    "Ah kau bahkan tau! Dunia kita berbeda! Kita tak mungkin bisa saling membantu dalam hal apapun!" Aku kembali memarahinya. Perempuan itu tetap menunduk. Entahlah. Aku rasa ia lebih muda dariku. Ia sama sekali tak berani menjawabku. Aku menghela nafas kemudian terduduk dibangku kayu koridor. Saat ini koridor sangat sepi. Hanya ada aku, Vello, dan perempuan ini. Aku bebas berteriak sekeras apapun. Vello menyentuh pundakku.
    "Berhentilah memarahinya. Itu tidak akan membantu." Katanya. Aku menghela nafas untuk ke sekian kalinya. "Kau harus pergi ke tempat asalmu." Kata Vello tenang. Perempuan itu menggeleng.
    "Tidak bisa." Ia berkata lemah.
    "Kenapa tak bisa?? Kau hanya harus pergi dari sini dan terbang ke alammu."
    "Karena aku tak tau kenapa aku mati. Aku tak bisa ke perhentian selanjutnya." Katanya.
    "Alasan!!" Aku bangkit dari dudukku dan berdiri di hadapannya. "Tak bisakah kau membiarkan aku hidup dengan tenang? Sudah cukup penderitaanku karena mendapatkan mata ini. Aku tak mau berurusan dengan yang lebih menakutkan!" Mataku perih. Tak terasa airmataku mengalir.
    "Aku tak menginginkan ini. Tapi Tuhan memberiku ini. Selama ini aku melihat hal yang paling menakutkan. Aku bahkan tak bisa tidur dengan nyenyak. Aku selalu merasa mual karena mencium anyir darah. Dan sekarang? Kau ingin aku berbuat apa? Jangan berharap lebih padaku. Aku sudah bilang berkali-kali padamu aku tidak bisa. Jadi kumohon, mengertilah!" Aku bangkit dari duduk kemudian pergi dari sana. Aku sangat lelah. Aku ingin sekali melupakan ini. Aku selalu berharap bahwa aku sedang bermimpi dan saat ku bangun, semuanya akan kembali seperti semula.
    "Aku akan membantumu." Langkahku terhenti. Tiba-tiba saja Vello melontarkan kata-kata itu. Aku membalikkan badanku dan menatapnya lekat seolah berkata 'apa kau gila?'
    Ku alihkan pandanganku pada perempuan itu. Ia tersenyum girang. Ia tak henti-hentinya melompat mendengar perkataan Vello yang mustahil. Tapi kemudian Vello menatapku, "Aku tak bisa bekerja sendiri. Aku membutuhkan bantuan."
    "Jangan mengharapkanku. Aku.."
    "Apa kau ingat tawaranku?" Tanya perempuan itu memotong perkataanku.
    "Tidak." Aku menjawabnya cepat.
    "Aku akan bermain dengan anak kecil di kamarmu jika kau membantuku. Setiap malam. Setiap hari. Seminggu. Dua minggu. Terserah padamu. Tapi kumohon.. bantu aku.."
    Aku terdiam. Kutatap Vello dan perempuan itu secara bergantian. Namun mereka memperlihatkan ekspresi wajah yang sama sekali tak mendukung. Aku bingung. Aku tak ingin melakukan itu. Tapi aku butuh dia untuk ketenanganku di saat malam agar anak itu tak menggangguku. Aku membalikkan badan.
    "Akan ku pikirkan." Kakiku kembali melangkah.
    "Rinn!" Panggilnya. Aku terhenti.
    "Namaku Flair.."
    "Terserah."



Bersambung...
Ig : @always.rosemary

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer